5 Mahasiswa Hebat, Ciptakan Alat Terapi Kelainan Tulang Belakang pada Anak

- 30 Juni 2024, 08:00 WIB
Ilustrasi - PostureCare, alat terapi kelainan tulang belakang pada anak karya mahasiswa Universitas Brawijaya (UB).
Ilustrasi - PostureCare, alat terapi kelainan tulang belakang pada anak karya mahasiswa Universitas Brawijaya (UB). /ANTARA/HO-Universitas Brawijaya/


IDEJABAR - Anak ibu pertiwi yang masih bersatus mahasiswa lintas program studi Universitas Brawijaya (UB) Malang, berhasil menciptakan alat terapi untuk kelainan tulang belakang pada anak yang diberi nama PostureCare.

Adalah lima mahasiswa lintas program studi UB yang tergabung dalam Tim Peneliti PKM Karya Inovatif (KI) UB yang berhasil menciptakan alat tersebut.

Mereka adalah Mochamad Saiful Anwar (Ilmu Keperawatan), serta Farid Hardiansyah, Refaldi Ananta Afif, Stephania Angelica, dan Irfan Aditya (Teknik Elektro).

"PostureCare ini inovasi yang menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) untuk terapi kifosis postural pada anak-anak," kata
Ketua Tim Farid Hardiansyah dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Sabtu 29 Juni 2024.

Alat ini menggunakan sensor gyroscope MPU6050 yang ditempatkan di beberapa titik pada tubuh. Tiga sensor berfungsi mendeteksi kesalahan posisi tulang belakang, sementara satu sensor memonitor perubahan sudut tulang belakang harian pasca- terapi.

Baca Juga: Dokter Hastry Ahli Forensik Polri Kini Jadi Jenderal, Pernah Tangani Kasus Pembunh Ibu dan Anak di Subang

Farid mengemukakan, pandemi COVID-19 mengakibatkan perubahan perilaku. Anak-anak lebih banyak duduk dan kurang berolahraga, sehingga meningkatkan risiko kelainan tulang belakang seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis. Bahkan WHO mencatat ada 250.000 hingga 500.000 kasus gangguan tulang belakang setiap tahunnya.

Inovasi PostureCare ini untuk diagnosa medis posisi bungkuk pada tulang belakang yang dilengkapi dengan sensor pendeteksi kesesuaian posisi, sudut tulang belakang dan terapi kompres panas pereda nyeri.

“PostureCare hadir sebagai solusi untuk memantau dan mengoreksi postur tulang belakang anak-anak usia 7-11 tahun yang mengalami
kifosis," ujarnya.

Farid menambahkan Mikrokontroler ESP32 memproses data sensor untuk menentukan output berupa modul getar, lampu LED, dan heater. Alat ini memberi peringatan melalui getaran dan cahaya jika terdeteksi posisi tulang belakang yang salah.

Halaman:

Editor: Ateng Jaelani

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah