Network
IDEJABAR - Masih dapat kita saksikan di youtube sejumlah kanal tv, Megawati Sukarnoputri merendahkan Presiden Jokowi di depan umum. “…padahal Pak Jokowi kalau tidak ada PDI Perjuangan juga aduh… Kasihan dah,” kata Mega, sambil tertawa dan disambut dewai tawa hadirin.
Bukan sekali itu saja Megawati berbicara begitu. Tak ayal relawan Jokowi “panas” dan bereaksi, “Jangan ada yang merasa paling penting, semua penting,” kata relawan Jokowi kepada media massa. Maksudnya, Megawati jangan merasa paling penting mengangkat Jokowi hingga ke posisinya sebagai Presiden; semua penting, termasuk para relawan.
Ketegangan antara Megawati dan Jokowi juga meletup ketika Mohammad Guntur Sukarnoputra--kakak Megawati--menyatakan Jokowi berpeluang menjadi ketua umum PDIP setelah “pensiun” dari kursi Presiden.
Baca Juga: Gerindra se-Jabar Ajukan Gibran sebagai Cawapres Prabowo: Bisa Jadi Wapres Termuda dalam Sejarah
Megawati bereaksi pada 1 Oktober 2023 dengan mengatakan, “…tidak mungkin orang lain itu tiba-tiba bisa jadi ketua umum, karena siapa yang mau memilih kalau tiba-tiba orang luar mau dipilih…” Sejumlah pengamat politik menafsirkan, “orang luar” itu tak lain adalah Jokowi dan keluarganya.
Manuver Jokowi
Rupanya Jokowi kemudian melawan. Ia bermain “dua kaki”: mendukung Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres). Belakangan hari, mantan wali kota Solo itu jelas mendukung Prabowo ketimbang Ganjar.
Yang tidak diduga adalah Jokowi mendorong putranya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo. Tentu dorongan ini dilakukan melalui berbagai rekayasa politik, bukan terang-terangan.
Menjelang Mahkamah Konstitusi mengeluarkan keputusan yang memungkinkan Gibran maju sebagai cawapres, Dewan Pimpinan Daerah Gerindra se-Jawa Barat dan di beberapa kota lainnya mendeklarasikan dukungan agar Gibran tampil sebagai cawapres Prabowo.
