IDEJABAR - Meski Bantuan Sosial (Bansos) berupa beras terus mengalir, namun tetap tidak mampu membendung harga beras yang terus merangkak naik. Hal itu dirasakan oleh warga Kota Tasikmalaya saat membeli beras ke pengecer maupun ke pasar.
Kenaikan harga beras khususnya di Kota Tasikmalaya, salah satunya disebabkan oleh keterlambatan masa tanam. Sehingga itu sangat berpengaruh pada masa panen yakni mundurnya jadwal masa panen.
Pj. Wali Kota Lakukan Monitoring Harga Beras ke Pasar Cikurubuk
Pj. Wali Kota Tasikmalaya, Cheka Virgowansyah saat monitoring harga beras ke Pasar Cikurubuk, mengakui adanya fenomena kenaikan harga beras diberbagai daerah. Namun. Cheka memprediksi pada bulan Maret, harga beras di Kota Tasikmalaya akan stabil.
“Ternyata ketika kami lakukan monitoring ke Pasar Cikurubuk, yang dmaksud dengan Beras Premium di Kota Tasikmalaya itu adalah Beras Singaparna. Bukan beras impor atau beras yang berasal dari luar Tasikmalaya. Tapi beras yang berasal dari Singaparna,” papar Cheka.
Diungkapkan Cheka, berbekal hasil monitoring itu, lalu pihaknya mencoba menggali informasi dari berbagai pihak tentang Beras Singaparna tersebut. Alhasil, urai Cheka, ada informasi yang menyebutkan adanya keterlambatan proses tanam di Kecamatan Singaparna. Akibatnya, keterlambatan masa tanam itu sangat berpengaruh kepada masa panen dan harga beras.
“Jadi keterlambatan masa tanam itu sangat berpengaruh pada masa panen yakni mundurnya jadwal masa panen. Makanya bulan Maret-April itu kan masa panen, jadi saya rasa pada bulan Mare-April kita akan kebanjiran Beras Premium,” urai Cheka kepada IDEJABAR via selulernya, Jum’at, 16 Februari 2024.
Sebelumnya di Jakarta, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menjelaskan, kenaikan harga itu terjadi karena kondisi produksi dari petani dalam negeri belum maksimal. Untuk Januari-Februari, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras dalam negeri defisit 2,8 juta ton.