Network
IDEJABAR – Berdasarkan perhitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (27/2/2024) pukul 03.00 WIB, tampak tujuh Calon Anggota Legislatif (Caleg) dari Kabupaten Bogor, yakni Daerah Pemilihan Jawa Barat (Dapil Jabar) V yang hampir pasti lolos ke Senayan.
Suara yang dihitung KPU ini telah mencapai 67 persen di Dapil Jabar V dan dapat Anda pantau dengan meng-klik, https://pemilu2024.kpu.go.id/pilegdpr/hitung-suara/dapil/3205
Tujuh caleg peraih suara terbesar sementara dari partainya masing-masing di Dapil Jabar V (lihat tabel), ialah:
- Ravindra Airlangga
- H. Fadli Zon
- Primus Yustisio
- Tommy Kurniawan
- H. Achmad Ru'yat
- Adian Y. Y. Napitupulu
- Asep Wahyuwijaya
Sebagaimana diketahui tersedia sembilan kursi DPR RI dari Dapil Jabar V, namun dua caleg lagi yang akan melenggang ke Senayan tidak mudah diperkirakan, karena dia merupakan kursi kedua dari satu partai, yang perhitungannya mesti menunggu hasil akhir dari KPU.
Sedangkan Elly Rachmat Yasin dari PPP, meski suaranya tinggi, di peringkat keenam terbesar di Dapil V, masih harus menunggu hasil akhir perhitungan KPU secara nasional.
Pasalnya berdasarkan perkiraan cepat (quick count) dari beberapa lembaga penelitian yang kredibel, seperti Litbang Kompas, suara nasional PPP hanya 3,91 persen: di bawah ambang batas kelolosan ke Senayan. Mengingat margin error quick count sebesar +- 1 persen, PPP bisa lolos (bila mencapai 4,9 persen) atau sebaliknya bisa “almarhum” (bila hanya 2,91 persen).
Di Dapil V Jabar ini, pada Pemilu 2019, Gerindra mengirim dua wakilnya ke Senayan, yakni Fadli Zon (230.254 suara) dan H. Mulyadi (70.569 suara). Tetapi dalam perhitungan suara resmi sementara KPU 2024, Fadli Zon tertinggal oleh Ravindra Airlangga (lihat tabel).
Asep Wahyu: “Nasdem Rada Demokrat”
Dari delapan caleg tersebut, dua orang adalah adalah muka baru, yakni H. Achmad Ru'yat (PKS) dan Asep Wahyuwijaya (Nasdem). Achmad Ru’yat menggeser Fahmi Alaydroes.
Sedangkan Asep Wahyu menjadi caleg Nasdem pertama dari Dapil V Jabar yang lolos ke Senayan. Pada 2019 Nasdem tidak lolos, karena total suara Nasdem saat itu 4,5 persen: di bawah suara kursi kedua Gerindra 7,9 persen.
