IDEJABAR - Berapa persen calon anggota legislatif (caleg) yang memiliki peta politik di daerah pemilihan (Dapil)-nya? Boleh jadi hanya 5 – 10 persen! Begitu pengamatan Lingkar Ide Nusantara (LIN), sebuah lembaga kajian sosial, politik, budaya dan media infirmasi yang bermarkas di Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar).
Artinya, sekitar 90 persen caleg bertarung pada Pemilihan Umum (Pemilu) dengan “mata buta” alias tanpa peta politik: tidak tahu di mana kantong suara partai mereka, bagaimana karakter masyarakatnya, dan apa strategi efektif-efisien yang digunakan.
Akibatnya mereka menjadi bulan-bulanan “calo suara” atau “tukang olah”, yakni orang atau lembaga yang mengaku siap membantu si caleg, namun sesungguhnya hanya menguras (memorot) uang dan sumberdaya caleg.
Baca Juga: Jangan Sebar Baliho, Kaus, Poster, Stiker di Masa Kampanye: Sangat Tidak Efektif dan Efisien
“Saya siap membantu”; “Saya punya suara di desa 100 orang, rugi kalau tidak kerja sama dengan saya”; “Di Karang Taruna desa saya, semua memilih akang/ceuceu, itu hasil kerja saya”; “Kalau akang/ceuceu tidak memperhatikan tim voli kami, nanti kami gerogoti suaranya”; kira-kira begitu kalimat yang sering terlontar dari “tukang olah”.
Sehubungan dengan itu LIN bekerjasama dengan IDEJABAR menyajikan peta politik di beberapa kabupaten/kota di Jabar. Kali ini disajikan peta Kabupaten Cianjur didasarkan pada hasil Pemilu 2019. Adapun peta politik mutakhir Cianjur, dapat dipesan ke LIN.
Cianjur: Efek Ekor Jas Prabowo
Sedangkan Gerindra yang mulanya berada di “lantai”, urutan terakhir dengan hanya satu kursi pada 2009, “terbang ke awan” pada Pemilu 2019, meraih 11 kursi.
Sejumlah analis menyatakan, meroketnya suara Gerindra di Cianjur disebabkan oleh efek ekor jas (rain coat tail) dari Pemilihan Presiden (Pilpres), yakni Prabowo Subianto maju sebagai Calon Presiden (Capres).
Pemberitaan melimpah tentang Prabowo di media massa, terutama tv, dan media sosial (medsos) dan sosok Prabowo yang gagah, seorang pensiunan jenderal yang juga anak mantu Presiden Suharto, dapat memikat hati para pemilih di Cianjur.
Sebagaimana diketahui, sejak zaman Orde Baru Cianjur adalah lumbung suara Golkar, yang identik dengan Suharto. Sampai hari ini, nama Presiden Suharto masih diucapkan dengan takzim oleh sebagian besar warga Cianjur. Anak menantu Pak Harto, otomatis juga dihormati warga.