Network
IDEJABAR - Munculnya sejumlah peristiwa bullying di berbagai daerah telah memunculkan keprihatinan di kalangan masyarakat. Sejumlah ahli, aktivis kampus dan masyarakat meminta agar pemerintah segera mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku bullying.
Sebagai manifestasi dan empaty terhadap jejeran panjang peristiwa bullying diberbagai daerah, Universitas Siliwangi menggelar Lomba Mural bertema Anti Bullying. Mural sepanjang 42 meter itu dipajang dibenteng pemisah antara Universitas Siliwangi dan Universitas Perjuangan.
Lomba Mural Berkaitan Dengan Disnatalis ke 46 Tahun
Kepala Perpustakaan, Universitas Siliwangi (Unsil), Bode Riswandi, mengatakan Lomba Mural ini, selain dalam rangkaian Panjang Dies Natalis ke 46 Unsil, juga sebagai manifestasi dari keperdulian Unsil terhadap realitas yang terjadi di masyarakat. Namun, kata Bode, pihaknya mentransformasikan peristiwa bullying itu kedalam mural agar memiliki sentuhan estetis.
“Jadi lewat mural ini, nilai kekerasannya menjadi berkurang dan berganti dengan munculnya sentuhan estetis. Jadi ada narasi peristiwa dalam mural itu, sehingga kengerian dan kegetirannya terkamuflase oleh sentuhan kuwas, warna serta garis-garis yang dimunculkan sang seniman,” ungkap Ketua Dewan Kesenian Kota Tasik ini kepada IDEJABAR saat ditemui di lokasi, Rabu (08/05/24).
Diungkapkan Bode, Lomba Mural ini diikuti oleh 47 peserta yang datang dari Bandung, Cirebon, Brebes, Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Tasikmalaya. Sebelumnya, urai Bode, mereka harus mengirimkan konsep garap dan rencana gambar yang akan dibuat di mural tersebut.
“Dari 47 itu, terpilih 7 peserta dari Bekasi, Brebes, Cirebon, Jakarta dan Tasik. Mereka kan bisa individu atau kelompok yang berjumlah tiga orang,” jelas Bode seraya para pemenangnya akan diumumkan pada Malam Puncak Dies Natalis ke 36 yang akan digelar di Kampus Unsil.***
