IDEJABAR - Sejumlah ibu-ibu di Kota Tasikmalaya keluhkan naiknya harga beras di pasaran. Tingkat kenaikannya di pengecer rata-rata antara Rp1.000 hingga Rp1.500 per kilogramnya.
Mereka berharap kenaikan harga beras itu tidak berlangsung lama. Pasalnya, sebentar lagi memasuki bulan ramadhan yang juga selalu diikuti oleh kenaikan bahan-bahan pokok.
Ny. Emus (65), warga Kp. Benda, Kel. Cikalang, Kec. Tawang, Kota Tasikmalaya mengaku saat ini harga beras termurah yang dijual di warung pengecer mencapai Rp15.000 per kilogramnya. Padahal, kata Emus, sebelumnya beras termurah itu dijual dikisaran harga antara Rp13.000 hingga Rp14.000.
“Pokoknya sekarang itu naiknya antara Rp1.000 hingga Rp1.500 per kilogramnya. Kalau harga itu terus dibiarkan akan berdampak pada kenaikan harga pada barang-barang lainnya, apa lagi ini menjelang puasa,” papar Emus.
Berdasarkan informasi yang didapat dilapangan, menyebutkan kenaikan harga beras saat ini dipengaruhi sejumlah faktor. Salah satunya harga gabah kering giling yang naik. Tapi bisa juga kenaikan itu dipicu lantaran hasil panen berkurang akibat dampak musim kemarau.
Produksi petani dalam negeri belum maksimal
Di Jakarta, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menjelaskan, kenaikan harga itu terjadi karena kondisi produksi dari petani dalam negeri belum maksimal. Untuk Januari-Februari, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras dalam negeri defisit 2,8 juta ton.
“Di Januari-Februari kata BPS juga defisit 2,8 juta ton. Jadi, harga representasi dari kondisi pasar, terutama produksi,” kata Bayu kepada wartawan di Jakarta.
Kondisi ini juga terjadi selama 2023 lalu. Harga beras terus mengalami kenaikan karena produksi yang kurang dari kebutuhan konsumsi berlarut selama 7 bulan