YUK CARI TAHU!!, Puasa Asyura Muharram: Sejarah, Keutamaan dan Pelaksanaan

30 Juni 2024, 13:00 WIB
Ilustrasi menu takjil untuk buka puasa Asyura. / Freepik /

IDEJABAR - Bagi umat Islam, Muharram bukan hanya sekedar awal pergantian tahun baru Islam, tetapi Muharram memiliki keutamaan yang di dalamnya banyak amalan yang disunnahkan, diantaranya puasa Asyura.

Baca Juga: Hasil Konferensi Asia Afrika 1955 INGAT! Makna Penting Di Balik Dasasila Bandung

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim).

Sejarah Pelaksanaan Puasa Asyura

Dikutip dari laman NU Online, setelah hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah SAW mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari Asyura, maka beliau memerintahkan para sahabat untuk berpuasa Asyura.

Dari sahabat Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anh beliau berkata: “Tatkala Nabi Muhammad saw datang ke kota Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa di hari Asyura, lantas beliau bersabda kepada mereka, 'Hari apa yang kalian sedang berpuasa ini?'.

Mereka menjawab, 'Hari ini adalah hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari ini dan menenggelamkan Fir’aun beserta pasukannya. Maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur dan kami turut berpuasa.’

Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Maka kami dengan Musa lebih berhak dan lebih utama daripada kalian.’ Maka Rasulullah SAW berpuasa dan memerintahkan berpuasa.” HR Bukhari dan Muslim.

Ibnu ’Umar -radhiyallahu ’anhuma- mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang Jahiliyah biasa melakukan puasa pada hari ’Asyura. Rasulullah SAW pun melakukan puasa tersebut sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, begitu pula kaum muslimin saat itu”.

“Tatkala Ramadhan diwajibkan, SAW mengatakan: Sesungguhnya hari Asyura adalah hari di antara hari-hari Allah. Barangsiapa yang ingin berpuasa, silakan berpuasa. Barangsiapa meninggalkannya juga silakan.”

Tak hanya puasa Asyura yang dianjurkan, puasa Tasu’a (hari kesembilan dari bulan Muharam) dan hari kesebelas pun juga diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk berpuasa juga.

Hal tersebut guna untuk membedakan antara ritual ibadah orang Muslim dan kaum Yahudi. Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Abbas ra beliau berkata: “Nabi Muhammad saw beliau bersabda, 'Jika aku masih hidup hingga tahun depan, pasti aku akan berpuasa pada hari kesembilan’” (HR Muslim).

Keutamaan Puasa Asyura

Puasa Asyura memiliki keutamaan akan menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Qatadah.

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (HR Muslim, nomor hadits 1163).

Pelaksanaan Puasa Asyura

Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dianjurkan, dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Bahkan Rasulullah Saw, senantiasa memberikan perhatian lebih besar pada puasa ini dibandingkan puasa-puasa lainnya.

Ketika Rasulullah Saw berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan orang agar berpuasa padanya, mereka berkata, “Ya Rasulullah, ia adalah suatu hari yang dibesarkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.” Maka Rasulullah Saw bersabda, “Jika datang tahun depan, insyaallah kita berpuasa juga pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas berkata, “Maka belum lagi datang tahun berikutnya itu, Rasulullah Saw pun wafat.” (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Niat Puasa Asyura

Pelaksanaan niat puasa sunnah Asyura, sama dengan puasa pada umumnya, yaitu dilakukan pada malam hari, akan tetapi apabila lupa, maka niat puasa sunnah bisa dilakukan pada siang hari selam puasanya belum batal.

Menurut madzhab Syafii, kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib. Puasa sunnah seperti puasa Asyura ini bisa dilakukan di siang hari selama puasa tersebut belum batal.

* Lafal niat puasa Asyura di malam hari yaitu:

Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatil aasyuuraa lillaahi ta‘aalaa.

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”

* Lafal niat puasa Asyura di siang hari yaitu:

“Nawaitu shauma hadzal yaumi an ada’i sunnatil aasyuuraa lillahi ta’aalaa.”

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Asyura hari ini karena Allah SWT

Baca Juga: Nikmati Liburan Bersama Keluarga, Low Budget 10 Destinasi Wisata Kota Tua Jakarta.Tetap Seru dan Menyenangkan

Demikian penjelasan singkat terkait sejarah, keutamaan dan pelaksanaan puasa Asyura. Semoga kita mampu untuk melaksanakan puasa sunnah muharam termasuk puasa Asyura untuk meraih keutamaannya.***

Editor: Adin Supriadi

Tags

Terkini

Terpopuler