IDEJABAR - Meski telah melewati masa darurat sampah, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus menggelorakan perubahan perilaku masyarakat dalam mengolah sampah. Dari masyarakat yang tadinya hanya membuang sampah, sekarang jadi mengolah sampah.
Sekda Kota Bandung Terus Sosialisasi Maggot Untuk Atasi Sampah
Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna menyaebutkan, terdapat beberapa faktor yang membuat sampah di Kota Bandung sulit teratasi. Di antaranya perilaku mindset, edukasi sosialisasi, dan koordinasi yang masih kurang, volume produksi sampah tinggi, serta minimnya penegakan hukum.
"Edukasi sosialisasi terus kita lakukan. Secara bertahap agar mindset berubah. Dari masyarakat yang tadinya hanya membuang sampah, sekarang jadi mengolah sampah. Tujuannya agar volume sampah yang dibuang ke TPA itu semakin berkurang," ungkap Ema, kepada wartawan di Bandung, Senin kemarin.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi menjelaskan, saat ini sampah organik sudah tidak boleh dibuang ke TPA Sarimukti. Sehingga pengolahannya harus diperbanyak di hulu.
"Januari kemarin, dari 151 kelurahan di Kota Bandung, sudah ada 125 kelurahan yang mengoperasikan rumah maggot. Dengan ini, total sampah organik yang sudah diolah dengan maggotisasi mencapai 377 ton hingga Januari lalu," jelas Dudy.
Ia berharap, targetnya rumah maggot bisa mengolah 1 ton sampah organik per hari di setiap kelurahan. Sehingga, kata Dudy, secara total sebanyak 151 ton sampah per hari bisa berkurang. Dan itu pu, harap Dudy, jika semua kelurahan aktif mengoperasikan rumah maggot.
Baca Juga: Sampah dan Problem Perkotaan, Pemkot Harus Segera Antisipasi Masalah Persampahan.
"Namun, maggot itu siklusnya 35 hari. Sehingga penambahan kapasitasnya perlu waktu. Rencananya kami akan bantu sediakan mesin bubur untuk mengolah sampah organik, sehingga bisa mempercepat pengolahan oleh maggot," paparnya.