IDEJABAR – Yogyakarta, atau sering disebut Jogja, memang memiliki banyak julukan yang melekat padanya. Salah satu yang paling terkenal adalah Kota Pelajar. Namun, sebutan lain yang tak kalah populer dan menjadi ciri khas Jogja adalah Kota Gudeg.
Baca Juga: Mengungkap Daya Tarik Malioboro, Mengapa Wajib Dikunjungi Saat Liburan ke Jogja
Julukan Kota Gudeg itu tentu merujuk pada kuliner legendaris yang jadi ikon kota ini, yaitu gudeg. Makanan berbahan nangka muda (gori) yang dimasak dengan santan kental (areh) dan berbagai rempah, menghasilkan cita rasa manis dan khas.
Pada awalnya, jenis gudeg yang dikenal masyarakat Jogja jaman dahulu, adalah gudeg basah. Penyajian gudeg biasanya dilengkapi dengan lauk seperti telur, tahu, ayam, tempe bacem, serta sambal goreng krecek.
Seiring waktu dan meningkatnya kebutuhan gudeg sebagai oleh-oleh wisatawan, maka lahirlah industri-industri rumahan yang memproduksi gudeg kering dengan karakter lebih tahan lama.
Keunikan lainnya dari masakan gudeg adalah kemasannya. Apabila Anda berbelanja gudeg sebagai oleh-oleh, tidak jarang gudeg tersebut dikemas dengan besek. Ada juga yang dikemas menggunakan kendil, wadah yang terbuat dari tanah liat.
Sejarah Gudeg
Gudeg muncul sekitar abad ke-15, ketika para prajurit tengah membuka Alas Mentaok untuk mendirikan kerajaan Mataram, wilayah yang kini dikenal sebagai Kotagede. Saat itu, di Alas Mentaok sangat melimpah pohon nangka muda (gori).
Untuk memenuhi kebutuhan makanan, maka prajurit dan para pekerja mengolah nangka muda (gori) menjadi sayur gori yang dimasak dalam kuali besar selama berjam-jam hingga teksturnya menjadi sangat empuk.