HEBAT EUY! VoB Band Metal 3 Wanita Berhijab Asal Garut, Jadi Band Pertama Indonesia di Festival Glastonbury

1 Juli 2024, 11:00 WIB
Trio metal Voice of Baceprot, band metal perempuan asal Garut Jawa Barat yang mengukir sejarah menjadi band pertama Indonesia yang tampil di Glastonbury Festival 2024, di Pilton, Somerset, Inggris Raya /ANTARA/Instagram/@woodsiesareaglasto/

IDEJABAR - Band metal yang digawangi tiga perempuan muda asal Garut, Jawa Barat, Voice of Baceprot (VoB) mengukir sejarah menjadi band Indonesia pertama yang tampil di Glastonbury Festival 2024, di Pilton, Somerset, Inggris Raya

Sebagai informasi, Glastonbury Festival adalah festival musik tahunan terbesar di Inggris yang digelar mulai tanggal 26 Juni 2024-30 Juni 2024.

VoB yang digawangi tiga wanita muda Marsya (vokal dan gitar), Widi (bass), dan Siti (drum), dan tampil sebagai band pembuka sukses menghibur dan mendapat sambutan positif para penonton di Woodsies Main Stage Festival Glastonbury.

Akun Instagram resmi @voiceofbaceprot, dikutip Minggu 30 Juni 2024 mengunggah ulang sejumlah Stories dari penonton yang mengapresiasi penampilan mereka di festival tersebut.

Voice of Baceprot memainkan beberapa nomor lagu milik mereka seperti “God, Allow Me (Please) to Play Music”. Yang menjadi spesial, pada hari itu merupakan ulang tahun sang vokalis Marsya.

Baca Juga: HEBAT! Ada Konser Musik Tiap Hari di Jakarta Fair 2024, Catat Jadwal, Harga Tiket dan Cara Beli

Sebelum tampil di Glastonbury, pada 26 Juni 2024 Voice of Baceprot atau VOB juga sempat tampil di acara Downstairs at the Dome di London.

Pertama kali VOB mendapat perhatian hingga kancah global yakni pada medio 2017. Saat itu, trio yang masih duduk di bangku sekolah kejuruan itu kerap membawakan lagu ciptaan sendiri "The Enemy of Earth Is You".

Mereka memilih nama baceprot, yang dalam bahasa Sunda berarti "berisik", sesuai dan mewakili aliran musik yang mereka usung dalam setiap penampilannya.

Ditanya soal undangan untuk tampil di Festival Glastonbury, mereka mengaku tak pernah menyangka bakal membuat sejarah bagi Indonesia berbagi panggung dengan penampil utama seperti Coldplay dan Dua Lipa.

Oleh karena itu, saat mengetahui bahwa mereka diundang untuk tampil dalam perhelatan yang diklaim sebagai festival musik terbesar di Eropa itu, mereka mengaku “bingung”.

“Karena kami tidak tahu betapa serunya (festival ini)… Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan selanjutnya,” tutur Marsya, vokalis band tersebut dikutip dari BBC News Indonesia.

Tekanan baru muncul kemudian, saat ketiganya sadar akan menjadi band Indonesia pertama yang tampil dalam festival tersebut.

Baca Juga: Sandiaga Uno Dukung Upaya Lestarikan Musik Melayu sebagai Bagian Ekonomi Kreatif Berbasis Tradisi

Voice of Baceprot (VoB) di panggung Glastonbury Festival 2024, di Pilton, Somerset, Inggris Raya

Perjalanan VoB

Trio rocker Voice of Baceprot (VoB) yang memiliki nama lengkap Firda Marsya Kurnia (Marsya), Euis Siti Aisyah (Siti) dan Widi Rahmawati (Widi) menghadapi sejumlah tantangan selama menapaki karir mereka.

Dikutip dari Antara, sejak terbentuk tahun 2014 saat masih sekolah di MTs Garut, Widi pembetot bas VOB mengatakan, tantangan pertama yakni jumlah anggota grup yang semula 15 orang menyusut menjadi tinggal tiga.

Yang mengejutkan, jika kini VoB disebut mampu berprestasi, ternyata menurut Widi, kebanyakan isinya anak-anak bermasalah, sering masuk BK, tersingkir dari pergaulan.

Di kegiatan ekstakurikuler teater, karena akting jelek juga hanya jadi pendukung, anak band main musik. Selama dipercaya memerankan karakter anak band di teater, Widi dan teman-temannya tak dibekali alat musik yang memadai.

"Kami pikir bagaimana dapat alat. Kami latihan keras biar difasilitasi. Sebelum perform di sekolah, kami dibelikan alat yang proper," cerita Widi.

Baca Juga: Hetifah Sjaifudian: Tanggulangi Kerusuhan Konser Musik dengan Sertifikasi EO dan Kolaborasi Lintas Sektor

Lalu VoB juga ternyata di awal berdiri tidak mendapat restu orangtua dan sempat menghadapi komentar negatif dari orang-orang yang mengatakan mereka hanya mencari sensasi dengan memilih genre metal hingga tak punya masa depan.

"Ngapain berhijab mainin musik metal. Dibilangnya cari sensasi, belagu, apalagi di kampung kami (di Garut) band jarang. Enggak umum, dibilang enggak punya masa depan," kenangnya.

Namun hal-hal itu membuat dia dan tim semakin ingin membuktikan diri bukan semata mencari sensasi. Terus berlatih untuk menegaskan nge-band karena mendapatkan kebahagiaan dan bisa memiliki masa depan cemerlang.

Usaha mereka tak sia-sia. Widi mengatakan, tim-nya membawa pulang piala dan rupiah begitu juga dengan restu orangtua.***

Editor: Ateng Jaelani

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler