IDEJABAR – Aksi walk out yang dipertontonkan dua pasang calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tasikmalaya, Iwan Saputra-Dede Muksit dan Cecep NY-Asep Sopari terus menuai cibiran. Sejumlah kalangan mempertanyakan maksud dibalik aksi walk out saat paslon Ade Sugianto-Iip Miftahul Faoz akan melakukan orasi politik.
Baca Juga: Pilkada Kab Tasik 2024: Aksi Walk Out, Nodai Deklarasi Pilkada Damai
Lucunya, sebelum walk out kedua paslon itu telah melakukan orasi terlebih dahulu, karena berdasarkan nomor urut. Padahal, orasi politik itu merupakan rangkaian dari acara Rapat Pleno Terbuka Pengundian Nomor Urut Paslon pada Pilkada Kabupaten Tasikmalaya yang digelar di Gedung Islamic Center, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya Senin malam(23/09/24).
Bisa Pengaruhi Elektabilitas Paslon
Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Siliwangi, Dr. Yusuf Abdullah, mengaku sulit difahami akal sehat peristiwa walk out itu. Pasalnya, lanjut Yusuf, itu acara KPU dan kedua paslon itu pun telah melakukan orasi.
Menurut Yusuf, peristiwa itu adalah awalan yang sangat menodai kredibilitas kedua paslon tersebut. Dan itu, kata Yusuf, bukan yang mustahil akan sangat berpengaruh pada citra dan karakter kedua paslon itu yang pada akhirnya bermuara pada elektabilitas mereka sendiri.
“Saya kira aksi itu sangat kontra produktif dan tidak elok. Saya percaya aksi itu akan berpengaruh pada citra kedua paslon dimata masyarakat, dan bukan yang mustahil itu akan berpengaruh pada elektabilitas kedua paslon itu,” tutur Yusuf yang juga mantan Komisioner KPU Kota Tasik kepada IDEJABAR via pesan elektriknya, Jum’at (27/09/24).
Baca Juga: Pilkada Kab Tasik 2024: Jumlah DPT Pilkada Serentak Turun Hingga 4.539 Orang
Sejatinya, urai Yusuf, calon pemimpin itu harus mampu mengolah serta “meminij” emosinya dan bukan pendendam. Pihaknya khawatir peristiwa itu akan berdampak pada agenda-agenda KPU lainnya yang melibatkan ketiga paslon tersebut.
“Sebaiknya KPU bersama tokoh-tokoh melakukan mengundang ketiga paslon itu agar proses pilkada di Kab Tasik berjalan lancar dan aman. Apa lagi ini masuk pada jadwal kampanye yang tentu cukup rawan,” papar Yuisuf.
Seperti halnya Yusuf Abdullah, aktivis Sosial Budaya yang juga warga Mangunreja, Tatang Pahat, mengaku aksi walk out sangat mencedrai demokrasi. Lucunya, kata Tatang, secara tidak sadar kedua paslon itu telah menelanjangi dirinya sendiri.
“Wah bener-bener tidak eloklah, mereka itu kan sedang berkontestasi untuk jadi panutan, untuk jadi imam warga Kabupaten Tasik. Lho kok kalau calon imamnya seperti itu, lalu makmumnya mau gak,” tandas Tatang kepada IDEJABAR saat dihubungi via selulernya, Jum’at (27/09/24).
Sebelumnya, seperti dikutif IDEJABAR sebelumnya. Pengamat dan Peneliti Politik, Maulana Jannah meminta agar seluruh paslon seyogianya saling menghargai dan menghormati. Apalagi penyampaian pidato politik itu di fasilitasi KPU sebagai penyelenggara Pilkada.
“Sesama calon harusnya saling menghargai dan menghormati, saling memberikan empati dan sebagainya. Kontestasi dalam pemilihan itu pasti ada dan biasa, tetapi menghormati dan menghargai itu adalah sebuah keniscayaan,” kata Maulana.***