IDEJABAR - Ribuan kader PDI-P yang menyimak pidato Puan Maharani dalam penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-5, kontan hening dan terharu, melihat Puan sempat menangis ketika membaca 17 poin rekomendasi Rakernas.
Minggu malam (26/5/24), di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta, itu Puan meminta maaf atas perilaku kader PDI-P yang menyimpang dari etika politik pada Pemilu 2024.
Siapakah kader itu? Puan sendiri tak menyebut nama. Ia hanya mengatakan perilaku kader itu bertentangan dengan ideologi partai dan melanggar konstitusi.
"[Mohon maaf] Sehubungan dengan adanya perilaku kader Partai yang tidak menjunjung tinggi etika politik, tidak berdisiplin, dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ideologi partai, serta melakukan pelanggaran konstitusi dan demokrasi ..." kata Puan.
Boleh diduga, para peserta Rakernas kader PDI-P itu sudah tahu siapa kader yang dimaksud. Sedangkan masyarakat yang bukan kader dan simpatisan PDI-P akan menduga mereka ialah Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, Kaesang Pangarep, dan Boby Nasution.
Yang aneh adalah PDI-P sendiri tidak pernah menegur atau memecat Joko Widodo dan keluarganya. Ketua Umum (Ketum) PDI-P Megawati Sukarnoputri, belum pernah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) pemecatan terhadap mereka.
Dengan kata lain, PDI-P membiarkan Joko Widodo dan keluarganya tidak menjunjung tinggi etika politik, tidak berdisiplin, dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ideologi partai, serta melakukan pelanggaran konstitusi dan demokrasi.
Bukankah semestinya Megawati sendirilah yang lebih dulu menegur dan memecat Joko Widodo dan keluarganya!
Mengapa Megawati tanpa ragu memecat kader PDI-P yang lain seperti mantan Gubernur Maluku Murad Ismail, tetapi “tutup mata” terhadap Joko Widodo?