IDEJABAR – Boleh taruhan, kebanyakan urang Bandung pasti belum tahu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung sudah lama “memeras keringat” menangani sampah. Ini terlihat dari alokasi anggaran DLH yang sangat besar untuk sampah.
“Sejak saya masuk DLH Bandung tahun 2015, alokasi anggaran terbesar selalu untuk menangani sampah. Tahun ini alokasinya mencapai 85 persen,” kata Kasubag Program DLH Kota Bandung Novi kepada IDEJABAR beberapa waktu lalu.
Berbagai program penanganan sampah pun sudah diluncurkan. Yang terkenal adalah “Kang Pisman”: Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan sampah. Bersama para pemangku kepentingan, Pemkot Bandung juga terus berupaya meningkatkan Kawasan Bebas Sampah (KBS), yang kini telah mencapai 272 KBS.
Produksi sampah kota Bandung setiap hari memang besar. “Totalnya diperkirakan mencapai 1.600 ton per hari,” kata Kepala DLH Kota Bandung Dudy Prayudi, dalam beberapa kesempatan.
Dari 1.600 ton itu berhasil diolah sekitar 300 ton, sehingga 1.300 ton lagi dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Cipatat; biasanya dalam 241 rit. Dengan kata lain, setiap jam terdapat 10 truk—atau setiap enam menit ada satu truk--mengangkut sampah dari Kota Bandung ke Cipatat.
Dukungan Pentahelix
![Bergerak bersama pelajar SD mengelola sampah.](https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/x/photo/2023/10/17/84253997.jpg)
Sepantasnyalah DLH Kota Bandung memperoleh dukungan lebih kuat dari para pemangku kepentingan, sebagaimana dirumuskan dalam kolaborasi Pentahelix yang telah berjalan, yakni kolaborasi antara komunitas atau masyarakat, pemerintah, dunia bisnis, akademisi, dan media.
Media massa dapat meningkatkan jumlah pemberitaan mengenai problem dan penanganan sampah oleh para pemangku kepentingan di Bandung.
Melalui pemberitaan ini, diharapkan kesadaran masyarakat mengurangi produksi sampah dan mengolah sampah, akan meningkat. Begitu pula kerja-kerja segenap jajaran DLH dan Pemkot Bandung mendapatkan apresiasi, sehingga gairah kerjanya tetap terjaga.***