IDEJABAR – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah terganjal masalah serius. Kasus keracunan makanan terjadi di berbagai daerah termasuk di Tasikmalaya. Selain itu juga terjadi di Cianjur, Bogor, Batang dan Sumatera Selatan.
Di Kabupaten Tasikmalaya misalnya keracunan makanan dialami oleh sekitar 400 siswa dari mulai siswa TK, SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan SMP. Mayoritas siswa tidak mengalami gejala berat, sehingga tidak mendapatkan penanganan medis.
Baca Juga: Terdakwa Abi Aulia Terlihat Bingung: Sidang Kasus Subang Hadirkan Danu Sebagai Saksi
Menanggapi hal ini, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, membeberkan akar masalahnya dan upaya-upaya perbaikan yang tengah dilakukan.
Lantas apa saja yang menjadi penyebab terjadinya keracunan makanan yang dialami para siswa di berbagai daerah termasuk siswa di Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.
Bahan Baku Tidak Layak
Dadan Hindayani mengakui adanya penggunaan bahan baku yang sudah tidak layak saji. Untuk mengatasi ini, BGN telah memperketat standar mutu, mewajibkan penggunaan bahan baku segar, dan menerapkan proses seleksi yang lebih ketat.
Selain itu, masalah proses pengolahan yang terlalu lama juga menjadi sorotan. Dadan menjelaskan bahwa kejadian keracunan di Sukoharjo, Pali (Sumatera Selatan), Bandung, dan Tasikmalaya disebabkan oleh jeda waktu yang terlalu panjang antara waktu memasak dan penyiapan makanan.
"Sekarang seluruh SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) memasaknya tidak terlalu lama antara waktu memasak dengan penyiapan," tegas Dadan Hindayani dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI.
Penanganan dan Pengantaran Makanan
BGN juga menyoroti protokol keamanan saat proses pengantaran dari SPPG ke sekolah. Kasus keracunan di Batang, di mana menu MBG dikonsumsi terlambat karena ada acara sekolah, ini menjadi pelajaran berharga.