Catatan Setahun IdeJabar: Merawat Isu Lokal, Menggenggam Isu Nasional…

Tayang: 23 September 2024, 10:00 WIB
Penulis: Edi Purnawadi
Editor: Tim Ide Jabar
IdeJabar Lugas dan Jernih
IdeJabar Lugas dan Jernih /Foto: Logo IdeJabar/

“Ketika aktivitas dan kreativitas

dipersatukan dalam sebuah visi;

Ketika kompentensi dan pengalaman

dipersatukan dalam sebuah profesionalisme;

Ketika inovasi dipersatukan

dalam semangat kebersamaan dan perubahan;

Ketika kejujuran dan pengabdian

dipersatukan dalam sebuah pelayanan;

maka IDEJABAR hadir untuk mewujudkannya...”  

***** 

IDEJABARMungkin waktu satu tahun, 23 September 2023 hingga 23 September 2024, bagi yang lain, bukan hal istimewa. 

Tapi tidak bagi kami, IdeJabar, karena itu merupakan yang “sangat sesuatu” sekali. Kami bisa bertahan dari gempuran isu, tuntutan kuantitas (kuota), pacuan akselerasi berita, kerentanan tubuh kami dan kewajiban dari pekerjaan lain adalah hal yang tidak bisa dianggap enteng. Tapi dengan dasar semangat dan filosofi “kerja kolektif”, saling memahami dan saling mengisi, alhamdulillah kami bisa ajek atau ajeug (bhs Sunda) hingga saat ini. 

Setahun yang penuh dengan dinamika dan rasa frustasi, akhirnya bisa kami lalui dengan rasa syukur dan kebersamaan. 

Baca Juga: HEBAT! Pemprov Jabar: Gandeng Media Komunitas Informasikan Program Pembangunan

Malah dalam rentang waktu setahun itu, rasanya kami mulai percaya diri dan tumbuh jadi media yang mulai dikenal, bahkan ditunggu oleh beberapa kalangan: melalui berbagai liputan dan tulisan yang mengutamakan isu-isu lokal dengan Lugas dan Jernih serta dengan gaya penyajian yang renyah, faktual, mudah dibaca dan mengalir. 

Di tengah persaingan yang semakin ketat, kami tetap teguh pada komitmen menyajikan berita yang Lugas dan Jernih. Kepercayaan pembaca menjadi motivasi terbesar kami agar terus berkarya dan memberikan yang terbaik. 

Baca Juga: Diskominfo Jabar Perkuat Literasi Digital Untuk Antisipasi Perang Siber di Media Sosial

Padahal tim kami adalah orang-orang yang awalnya “gagap-teknologi”, karena kebanyakan dari kami adalah jurnalis tempo dulu, ketika teknologi digital belum muncul. Bahkan sebagaian dari kami, ada yang melakukan proses transformasi panjang dari dunia mesin tik, faximile, lalu ke komputer WS dengan disket dan DOS. Muncul komputer tanpa DOS, muncul Laptop, Tablet, HP dan seterusnya.  

Untuk itu, wajar jika kami merasa bangga bisa bertahan selama satu tahun ditengah gempuran teknologi informasi dan dunia digital. Padahal kami adalah mahluk-mahluk yang lahir dan besar dari dunia mesin cetak dan dunia analog. 

Meluruhnya Etika Jurnalistik Dalam Media Digital 

Dalam perjalanan ini, kami masih terus memupuk semangat inovasi dan tidak sekadar mengikuti arus. Kami berniat dan berupaya untuk menciptakan tren kami sendiri agar bisa dekat dan lekat dengan pembaca. Melalui berbagai upaya itu, kami terus berupaya memberikan pengalaman yang berbeda bagi pembaca kami. 

"Pasukan Berani HiduP IdeJabar yang terus berproses untuk sampai pada target bersama
"Pasukan Berani HiduP IdeJabar yang terus berproses untuk sampai pada target bersama

IdeJabar bukan sekadar lembaga, tapi juga sebuah komunitas. Dan kami telah berhasil menjalin komunikasi intens dengan pembaca. Melalui berbagai cara, kami terus berinteraksi dengan pembaca agar bisa memberikan yang terbaik 

Pengamat Media dan Dosen Universitas Multimedia Nusantara, Ignatius Haryato Djoewanto, dalam disertasinya menunjukan adanya sinyal kuat bahwa kualitas jurnalistik terancam akan menurun, ketika masuk ke dalam transformasi digital. Pasalnya konten akan dilihat dari sisi jumlah audiensnya. 

Baca Juga: Rakyat Menggugat! Demo Kawal Putusan UU Pilkada: #DaruratIndonesia Pecah di Jalanan dan Media Sosial

Dan kondisi itu, kata Ignatius, lebih menguntungkan media yang mempublikasikan berita yang sensasional, ketimbang jurnalisme investigasi atau gaya penulisan ala jurnalisme sastrawi. 

Di sisi lain, masih tutur Ignatius, media, baik lokal atau nasional harus memanfaatkan kemungkinan untuk menghasilkan informasi yang sedemikian spesifik dan dibutuhkan atau relevan buat publik.  

“Media lokal menerima banyak kritik, karena mengambil terlalu banyak isu nasional untuk ditampilkan ke publik, sehingga bagi masyarakat lokal tidak relevan,” urai Ignatius dalam sebuah diskusi di Jogjakarta beberapa waktu lalu. 

Baca Juga: Website PPDB Jabar Login Error, Warganet Penuhi Kolom Komen Medsos DIsdik Jawa Barat

Berbeda dengan Ignatius, wartawan politik dari The Washington Post dalam bukunya Berita Di Balik Berita (Pustaka Sinar Harapan, 1992, hal 19), David S Broder menyebut pers adalah sebuah anarki institusional. Tiap organisasi berita memiliki hukumnya sendiri. Dalam setiap organisasi penilaian individual yang otonomi cenderung menumbangkan, menggulingkan atau malah mengabaikan norma-norma yang sudah ditetapkan. 

Memang harus diakui, sejumlah media digital saat ini lebih mengutamakan sensasi ketimbang substansi. Tentu, tujuannya untuk menarik pembaca agar tergiur memelototi beritanya. 

Baca Juga: Tol Getaci Pasti Dibangun dengan Skema KPBU, Namun Jarak dan Anggaran Dipangkas

Narasi-narasi gimmick berlalu-lalang dibeberapa media digital, bahkan teks yang tadinya tidak pernah muncul (atau tabu) di media konvensional, kini malah jadi gaya di media digital. Dunia etika dalam menulis dan penggunaan teks dilibas oleh keinginan media tersebut untuk tampil jadi “perhatian” pembaca. Tragis! 

Namun IdeJabar akan tetap bertahan menjadi media yang Lugas dan Jernih dengan gaya penyajian renyah, faktual, mudah dibaca dan mengalir diiringi kejujuran dan pengabdian, tetap menjadi tekad dan pilihan kami. Semoga..***

 

Sumber: Catatan Redaksi IdeJabar


Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub